Subang, Selama ini Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (Meneg PDT) membina masyarakat yang belum punya jiwa wirausaha "Kita bangkitkan jiwa wira usahanya dulu, baru kita kasih modal," kata Meneg PDT kepada wartawan di Cijambe Subang Jawa Barat. Salah satunya adalah dengan mensinergikan masyarakat, perbankan dan pengusaha/dunia usaha melalui kemitraan yang dibangun antara ketiganya. Oleh karena pihak pemerintah merasa perlu membangun desa untuk lebih berpengalaman dalam bertahan ditengah krisis ekonomi. "Walau bagaimana pun bangsa Indonesia harus kuat bertahan berhadapan dengan berbagai krisis yang melanda yang sifatnya mendunia," tegas Meneg Lukman Edy.
Model kemitraan yang telah dibangun bukan membantu masyarakat yang sudah jadi justru pada masyarakat yang sangat kecil kemampuannya. Lebih lanjut menurut, Lukman Edy, pihak Kementerian PDT hanya memberikan payung untuk membuat skema pemberdayaan masyarakat ekonomi lokal dan pembangunan infrastruktur. Hingga bulan Juli 2008 telah tersalurkan bantuan bernilai sekitar 8 trilyun dan sisanya sebesar 8 trilyun bisa disalurkan hingga akhir tahun 2008 dan mencapai target sebesar Rp 14 trilyun.
Kepada para pelaku usaha kecil dilakukan pendampingan selama 3 tahun untuk mencari usaha yang tepat. Setelah 3 tahun baru dilepas dari pendampingan. Pemberdayaan masyarakat daerah tertinggal ini mempergunakan pola sinergi antara masyarakat, perbankan dan dunia usaha.
Kementrian negara PDT untuk memberdayakan masyarakat Indonesia telah mempersiapkan 6 instrumen pemberdayaan diantaranya:
– Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pedesaaan,
– Percepatan Pembangunan Wilayah Perbatasan,
– Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK).,
– Percepatan pembangunan sosial ekonomi di daerah tertinggal (P2SEDT),
– Percepatan Pembangunan Produktifitas Wilayah di Kabupaten; dan,
– Percepatan Pembangunan Pusat Pertumbuhan Daerah Tertinggal (P4DT)
Hal tersebut di uraikan oleh Mentri Negara PDT, HM. Lukman Edy, pada acara persmian "Kampoeng BNI" di Cijambe. Pada acara tersebut dilakukan teleconference antara "Kampoeng BNI" yang berlokasi di Cijambe Subang dan Ciamis. Dalam teleconference tersebut terjadi dialog antara Mentri PDT Lukman Edy dan Bupati Ciamis serta dialog bersama mitra antar "Kampoeng BNI" antar keduanya. Antara Kedua belah pihak kampung BNI saling bertukar pengalaman dalam pengelolaan kemitraan yang selama ini dilakukan.
Selaku mewakili Bupati Subang, Asda II Bidang Pembangunan, Drs. Komir Bastaman, M.Si, disertai jajaran kepala dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Oo Irtotolosi. Komir pada kesempatan itu menyampaikan salam hangat dari Bupati Subang dan menyatakan rasa gembiranya atas kedatangan Mentri Negara PDT dan Mentri Negara BUMN, walaupun di Jawa Barat, Subang tidak termasuk sebagai wilayah tertinggal, Komir mengatakan bahwa dari 1,5 juta jiwa penduduk Subang 600 ribu diantaranya adalah masyarakat miskin. Oleh karena itu dengan keberadaan "Kampoeng BNI" bisa menjadi pemicu bangkitnya ekonomi rakyat. Apalagi Kabupaten Subang memiliki pola pembangunan berbasis gotong royong.
Dikatakan oleh Direktur BNI Gatot M. Suwondo bahwa "Kampoeng BNI" di Cirangkong Cijambe Subang ini merupakan pola kemitraan pertama di Indonesia. Karena dianggap berhasil, maka pihaknya melakukan duplikasi di wilayah Banjar Ciamis. "Selanjutnya kami akan me-replicated di wilayah-wilayah lainnya guna membangun kemitraan demi kesejahteraan masyarakat," ujar Gatot.
Usai melakukan teleconference kemudian melakukan presmian dengan ditandai menekan tombol sirine sebagai diresmikannya Kemitraan Kampoeng BNI sekaligus dipatenkannya model kemitraan "Kampoeng BNI".
Usai melakukan peresmian kemudian kedua menteri berkeliling meninjau produk kemitraan "Kampoeng BNI" Cijambe yang lebih besar bergerak dipembibitan sapi perah. Tetapi selain sapi perah terdapat berbagai produk lainnya. Selama kunjungan di Cijambe Subang Mentri BUMN Sofyan Jalil dan Meneg PDT Lukman Edy, mendapatkan penjelasan tentang produk yang dikelola di areal "Kampung BNI". Produk yang dikelola diantaranya reaktor sederhana pengolahan kotoran sapi menjadi biogas, instalasi pengolahan singkong menjadi bahan bakar premium dan penglelolaan madu dari lebah hutan.
Dalam peninjauan ke beberapa pengolahan, Sofyan Jalil didampingi langsung oleh Komisaris PT. Simpang Jaya Dua, H. Didi Supriyadi dan tim ahli masing-masing pengolahan. Dari sekian pengolahan yang ada, Kedua Menteri nampak antusias ketika mengunjungi reaktor pengolahan biogas dan pengolahan premium dari singkong. Ketertarikan keduanya karena negara tengah dirundung krisis energi. Setelah mendapatkan penjelasan mengenai nilai jual konsumen yang relatif murah keduanya memiliki rencana untuk mengembangkan instalasi tersebut.
1 komentar:
Loved it.
PALAVROSSAVRVS REX
Posting Komentar